Kali ini sedang terlintas di benakku tentang seorang
ayah. Sosok ayah muncul setelah beberapa waktu belakangan ini aku
mengamati banyak hal tentang perilaku, tugas dan tanggung jawab seorang
ayah, ditambah juga pengamatan terhadap sosok tersebut ketika muda
hingga memasuki masa senjanya.
Ayahku adalah seseorang yang bekerja sebagai anggota Kepolisian di wilayah hukum Jawa Tengah. Beliau mengabdikan dirinya selama kurang
lebih 30 tahun sampai tiba masa pensiun. Ingatanku tentang ayah
mencatat bahwa beliau adalah sosok yang tegas, keras dan disiplin dalam
mendidik putra-putrinya.
Di masa kecil dulu (prasekolah) beliau memberi ruang bagi putra-putrinya
untuk bermain, meski tetap mengutamakan kedisiplinan, terutama dalam
hal waktu mandi, waktu makan dan membereskan mainan setelah selesai
digunakan. Memasuki usia sekolah, aku kembali merasakan didikan yang
penuh kedisiplinan, ditambahkan satu agenda belajar rutin yang harus
kami jalani dari pukul 19.00 - 21.00, setiap hari di luar akhir pekan.
Dibantu ibu, ayah mengisi kegiatan putra-putrinya dengan kegiatan
olahraga rutin seperti berenang di setiap hari minggu pagi atau badminton di
hari minggu siang. Sampai dengan akhir sekolah dasar, aku melihat sosok
ayah sebagai orang yang sangat aku segani. Bahkan hanya untuk sekadar
menatap matanya saja aku tak berani.
Memasuki sekolah menengah, sosok ayah yang ‘kutakuti’ perlahan-lahan
mulai berubah. Di masa remajaku ini ayah berubah menjadi teman yang mau
mendengarkan cerita-ceritaku. Bahkan pada masa itu aku pun mulai berani
untuk menampilkan pilihan sikap yang aku ambil seputar sekolah atau pun
hubungan dengan teman-temanku. Walau demikian bukan berarti ayah tidak
pernah marah sama sekali. Untuk beberapa kesalahan ‘besar’ yang pernah
kulakukan di masa itu beliau pernah marah besar luar biasa.
Keluarga kami bukanlah keluarga yang berada, namun yang aku rasakan
selama ini adalah aku tidak pernah merasa kekurangan. Ini tentu berkat
perjuangan ayah yang selalu berusaha memenuhi seluruh kebutuhan kami.
Satu hal yang selalu aku ingat, beliau pernah bilang “Papa mungkin nggak
bisa membelikan kamu mainan yang bagus dan mahal, tapi kalau untuk
keperluan sekolah, kamu tinggal bilang ke Papa, Insya Allah Papa akan
upayakan”. Subhanallah… bangga rasanya punya ayah yang memiliki sikap
seperti itu.
Setelah
merampungkan studi di sekolah menengah atas. Aku bersiap memasuki
jenjang perguruan tinggi. Alhamdulillah aku diterima di perguruan
tinggi swasta,
Setelah melalui diskusi panjang untuk memperoleh pertimbangan yang
matang, akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan studi di fakultas hukum.
Di tengah masa studi di perguruan tinggi, Suatu
ketika pada masa itu ayah menyerahkan sepucuk surat kepadaku. Surat itu
beliau tulis dengan tangan, tulisan beliau sangat rapi dan indah bagai
lukisan. Surat itu berisikan tentang kisah perjalanan keluarga kami dari
awal hingga saat itu.
Tak terasa air mataku meleleh ketika aku selesai membacanya, aku
terharu, menangis dan segera kupeluk ayah sambil meminta maaf kepada
beliau atas segala kenakalan-kenakalan yang selama ini aku perbuat.
Papi,mas arif, dek ira, penulis dan mami, 29 September 2011.
Perjuangan ayah untuk keluarga sungguh luar biasa. Beliau rela pergi
jauh dari orang tuanya dengan sebuah visi ingin membangun sebuah
keluarga yang mandiri. Berbekal satu buah koper pakaian dan satu set
cangkir hadiah pernikahan beliau memulai sebuah hidup baru. Tinggal di
kamar kos, mengontrak rumah, hingga akhirnya memiliki sebuah rumah
sendiri berhasil beliau wujudkan. Sekali lagi aku terharu dan merasa
sangat bangga memiliki ayah seperti beliau.
Kini ayahku sedang menikmati masa tuanya di kota kelahiranku Semarang, di kota
dimana beliau memutuskan untuk memulai kehidupan barunya dulu. Satu hal
yang sangat beliau rindukan adalah masa dimana beliau bisa berkumpul
dengan anak-cucunya. Memangku, menggendong cucu, mendengar celotehannya,
menuruti permintaan para cucu-cucunya.
Kelak peran sebagai ayah pun akan aku jalani. Namun tidak mudah untuk
menjadi teladan yang baik, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh ayah
kepadaku.
Ya Allah semoga kami termasuk anak yang sholeh dan berbakti kepada kedua orang tua kami. Aamiiin ya rabbal alamiiin…
Salam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar