Cari Blog Ini

Rabu, 27 Februari 2013

Catatan Tentang Seorang Ayah


Kali ini sedang terlintas di benakku tentang seorang ayah. Sosok ayah muncul setelah beberapa waktu belakangan ini aku mengamati banyak hal tentang perilaku, tugas dan tanggung jawab seorang ayah, ditambah juga pengamatan terhadap sosok tersebut ketika muda hingga memasuki masa senjanya.
Ayahku adalah seseorang yang bekerja sebagai anggota Kepolisian di wilayah hukum Jawa Tengah. Beliau mengabdikan dirinya selama kurang lebih 30 tahun sampai tiba masa pensiun. Ingatanku tentang ayah mencatat bahwa beliau adalah sosok yang tegas, keras dan disiplin dalam mendidik putra-putrinya.
Di masa kecil dulu (prasekolah) beliau memberi ruang bagi putra-putrinya untuk bermain, meski tetap mengutamakan kedisiplinan, terutama dalam hal waktu mandi, waktu makan dan membereskan mainan setelah selesai digunakan. Memasuki usia sekolah, aku kembali merasakan didikan yang penuh kedisiplinan, ditambahkan satu agenda belajar rutin yang harus kami jalani dari pukul 19.00 - 21.00, setiap hari di luar akhir pekan. Dibantu ibu, ayah mengisi kegiatan putra-putrinya dengan kegiatan olahraga rutin seperti berenang di setiap hari minggu pagi atau badminton di hari minggu siang. Sampai dengan akhir sekolah dasar, aku melihat sosok ayah sebagai orang yang sangat aku segani. Bahkan hanya untuk sekadar menatap matanya saja aku tak berani.
Memasuki sekolah menengah, sosok ayah yang ‘kutakuti’ perlahan-lahan mulai berubah. Di masa remajaku ini ayah berubah menjadi teman yang mau mendengarkan cerita-ceritaku. Bahkan pada masa itu aku pun mulai berani untuk menampilkan pilihan sikap yang aku ambil seputar sekolah atau pun hubungan dengan teman-temanku. Walau demikian bukan berarti ayah tidak pernah marah sama sekali. Untuk beberapa kesalahan ‘besar’ yang pernah kulakukan di masa itu beliau pernah marah besar luar biasa.
Keluarga kami bukanlah keluarga yang berada, namun yang aku rasakan selama ini adalah aku tidak pernah merasa kekurangan. Ini tentu berkat perjuangan ayah yang selalu berusaha memenuhi seluruh kebutuhan kami. Satu hal yang selalu aku ingat, beliau pernah bilang “Papa mungkin nggak bisa membelikan kamu mainan yang bagus dan mahal, tapi kalau untuk keperluan sekolah, kamu tinggal bilang ke Papa, Insya Allah Papa akan upayakan”. Subhanallah… bangga rasanya punya ayah yang memiliki sikap seperti itu.
 Setelah merampungkan studi di sekolah menengah atas. Aku bersiap memasuki jenjang perguruan tinggi. Alhamdulillah aku diterima di perguruan tinggi swasta,  Setelah melalui diskusi panjang untuk memperoleh pertimbangan yang matang, akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan studi di fakultas hukum. Di tengah masa studi di perguruan tinggi, Suatu ketika pada masa itu ayah menyerahkan sepucuk surat kepadaku. Surat itu beliau tulis dengan tangan, tulisan beliau sangat rapi dan indah bagai lukisan. Surat itu berisikan tentang kisah perjalanan keluarga kami dari awal hingga saat itu.
Tak terasa air mataku meleleh ketika aku selesai membacanya, aku terharu, menangis dan segera kupeluk ayah sambil meminta maaf kepada beliau atas segala kenakalan-kenakalan yang selama ini aku perbuat.
                                   Papi,mas arif, dek ira, penulis dan mami, 29 September 2011.

Perjuangan ayah untuk keluarga sungguh luar biasa. Beliau rela pergi jauh dari orang tuanya dengan sebuah visi ingin membangun sebuah keluarga yang mandiri. Berbekal satu buah koper pakaian dan satu set cangkir hadiah pernikahan beliau memulai sebuah hidup baru. Tinggal di kamar kos, mengontrak rumah, hingga akhirnya memiliki sebuah rumah sendiri berhasil beliau wujudkan. Sekali lagi aku terharu dan merasa sangat bangga memiliki ayah seperti beliau.

Kini ayahku sedang menikmati masa tuanya di kota kelahiranku Semarang, di kota dimana beliau memutuskan untuk memulai kehidupan barunya dulu. Satu hal yang sangat beliau rindukan adalah masa dimana beliau bisa berkumpul dengan anak-cucunya. Memangku, menggendong cucu, mendengar celotehannya, menuruti permintaan para cucu-cucunya.
Kelak peran sebagai ayah pun akan aku jalani. Namun tidak mudah untuk menjadi teladan yang baik, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh ayah kepadaku.
Ya Allah semoga kami termasuk anak yang sholeh dan berbakti kepada kedua orang tua kami. Aamiiin ya rabbal alamiiin…
Salam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar