“Kita semua diutus untuk membawa perubahan.”
BARU saja kita memperingati Hari Kartini, hari yang
didedikasikan untuk mengenang peran seorang tokoh wanita yang telah
membawa perubahan besar dalam sejarah bangsa ini. Raden Ajeng Kartini,
tentu tidak hanya sendiri. Masih banyak lagi tokoh-tokoh wanita yang
sejatiya juga berperan besar dalam perubahan nyata di tanah air ini,
meski tidak semuanya mendapatkan liputan yang luas.Tapi satu kesamaan yang bisa kita petik sebagai inpirasi, dari tokoh-tokoh tersebut adalah: Kejelian melihat peluang perubahan dan berani mendobrak.
Dalam konteks kekinian, di era serba digital ini, saya ingin menghadirkan seorang tokoh Human Resource (HR), khusus untuk para pembaca blog ini. Tokoh perempuan ini bernama Malla Latif, CEO PortalHR.
Malla, begitu ia biasa disapa, adalah sosok yang tidak bisa tinggal diam mencermati perkembangan HR di Indonesia akhir-akhir ini. Sudah cukup banyak diskusi tentang peran HR, yang dia selenggarakan atau pun yang dia hadiri sebagai peserta.
Seperti kita ketahui, perusahaan-perusahaan saat inipun telah berisi warna-warni generasi yang berbeda, dengan nama yang tidak kalah kerennya. Kita mengenal Silent Gen (1928-1945), Baby Boomers (1946-1960), Gen X (1961-1979), Gen Y (1980-1995).
Situasi ini tentu membawa konsekuensi, di mana pendekatan HR pun sudah seharusnya memadu-padankan berbagai disiplin ilmu seperti Marketing, Komunikasi, Legal serta multi-disiplin ilmu lainnya dengan mempertimbangkan berbagai generasi tersebut.
Malla bersama dengan PortalHR, sebuah media penyebar informasi yang khusus menyajikan liputan tentang HR dan dunia kerja, menjadi paduan sinergi sebagai media komunikasi andalan untuk terus mengkampanyekan berbagai ide-ide baru. Secara pribadi, Malla pun bergerilya melalui forum HR Directors, yang beranggotakan hampir 30 orang dari berbagai perusahaan.
Di forum ini, Malla menyusupkan ide-ide untuk penyegaran HR, serta tak kenal lelah menyuarakan bahwa metode-metode lama HR sudah waktunya diperbaharui. Alasannya sederhana. Tuntutan bisnis dan juga tuntutan karyawan sudah mengandung dimensi yang berbeda.
Terutama kalau berkaitan dengan Employee Value Proposition: apa yang penting untuk karyawan Boomers belum tentu dinilai penting oleh Gen Y dan sebaliknya.
Tokoh-tokoh pembaharu, umumnya tidak hanya jeli melihat peluang perubahan. Bila perlu mereka melakukan gebrakan.
Dan ini terjadi pada tanggal 17-18 April 2012, sejarah HR akan mencatat sebuah gebrakan yang dilakukan Malla Latif untuk menantang para praktisi HR untuk menyimak berbagai metode terkini, termasuk penggunaan Social Media untuk komunikasi internal atau sebagai Employer Branding, Recruitment dan Brand Ambasador.
Memperkenalkan ide-ide atau pendekatan-pendekatan baru antara lain:membangun budaya learning dan sharing via knowledge management, non-financial reward, flexi benefit, worklife balance, atau pun opsi telecommuting (bekerja dari rumah). Semua itu dikemas dengan cantik dalam sebuah acara PortalHR Summit 2012 dengan judul:
“The New-aged HR solution: Driving Change, Innovation and Strategy in Managing People”
(Malla
Latif, CEO PortalHR saat memberikan kata sambutan dalam acara Gala
Dinner bersama Menteri BUMN RI, Dahlan Iskan, usai perhelatan PortalHR
Summit 2012, 17-18 April di Jakarta)
Di sana hadir berbagai pakar, baik praktisi HR maupun konsultan untuk
berbagi ilmu dan pengalaman terkini. Dan para peserta yang hadir, yang
umumnya praktisi HR, belajar dan membawa pulang berbagai ilmu,
pengetahuan dan pengalaman. Akankah mereka siap untuk menerapkannya?Seorang kawan HR bahkan bertanya kepada saya di hari terakhir seminar itu:
“Apakah memang Social Media sudah menjadi prioritas perubahan yang harus dilakukan HR di saat ini ?”
Bola umpan yang manis yang saya tangkap dan mencoba meyakinkan sahabat ini:
• Bagaimana HR bisa mengatakan itu prioritas atau tidak kalau dia sendiri tidak menguasai Social Media.
• Para Leaders sekarang, kalau mau komunikasi dengan Gen Y, mereka perlu menggunakan tools Gen Y, termasuk Social Media.
• Issue Social Media muncul bersamaan dengan diskusi lainnya tentang apa yang dipandang penting oleh Gen Y, dalam perbandingannya dengan apa yang dipandang penting oleh para Boomers, yang mayoritas masih menduduki kursi HR tertinggi. Diskusi seperti ini akan menuntun kita untuk menempatkan Social Media pada koridor yang seharusnya di era ini.
• Dan tuntutan Social Media sudah sulit dibendung, dan memaksa banyak perusahaan untuk membuat peraturan tentang Social Media. Tetapi bagaimana mungkin seorang HR bisa membuat peraturan itu kalau dia sendiri tidak menguasai Social Media???
• Yang tidak kala pentingnya, seperti kata Nukman Luthfie: “Social Media is there, even if you ignore it”
Gebrakan seorang pembaharu, Malla Latif, CEO PortalHR, bukan hanya membuka mata para praktisi HR tentang berbagai pendekatan baru, mindset baru, nilai-nilai baru, tetapi juga telah memberikan bekal memadai untuk bisa memulai sesuatu “within their circle of influence”. (*)
sumber : Posted on April 27th, 2012 josep bataona
Tidak ada komentar:
Posting Komentar